Yayasan Jalan Tengah Tegaskan Peran Strategis dalam Mengawal Asta Cita 2045

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 26 Desember 2025 11 jam yang lalu
Yayasan Jalan Tengah Indonesia menggelar Dialog Akhir Tahun dengan tema “Optimis Mengawal Asta Cita dalam Memperkokoh Iklim Demokrasi dan Mengawal Kemandirian Pangan Menuju Indonesia Emas 2045”, Jumat (26/12/2025) (Foto: Dok MI)
Yayasan Jalan Tengah Indonesia menggelar Dialog Akhir Tahun dengan tema “Optimis Mengawal Asta Cita dalam Memperkokoh Iklim Demokrasi dan Mengawal Kemandirian Pangan Menuju Indonesia Emas 2045”, Jumat (26/12/2025) (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI – Yayasan Jalan Tengah Indonesia menggelar Dialog Akhir Tahun dengan tema “Optimis Mengawal Asta Cita dalam Memperkokoh Iklim Demokrasi dan Mengawal Kemandirian Pangan Menuju Indonesia Emas 2045”. 

Kegiatan ini menjadi ruang refleksi sekaligus forum diskusi strategis dalam menutup tahun berjalan dan menatap arah pembangunan nasional ke depan.

Dialog tersebut menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, akademisi, aktivis, serta elemen masyarakat sipil untuk membahas pentingnya penguatan demokrasi yang substansial dan berkeadilan, seiring dengan upaya mewujudkan kemandirian pangan sebagai fondasi ketahanan nasional.

Dalam forum tersebut, Yayasan Jalan Tengah Indonesia menegaskan komitmennya untuk selalu berada di posisi tengah sebagai jembatan dialog antara masyarakat dan pengambil kebijakan.

"Pada prinsipnya, kami adalah yayasan yang menjadi mitra kritis berbasis intelektual. Kami mendukung pemerintah dalam kebijakan yang dijalankan sekaligus berupaya memberikan kontribusi nyata bagi negara dan bangsa Indonesia," ujar Ketua Dewan Pembina, Sumariyono, Jumat (26/12/2025).

Pengawalan terhadap Asta Cita dinilai krusial agar agenda pembangunan nasional tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjamin partisipasi publik, keadilan sosial, dan keberlanjutan sumber daya.

Pakar bidang pangan, Jufrinaldi, menekankan bahwa kemandirian pangan merupakan salah satu pilar utama menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, penguatan sektor pertanian, perlindungan petani, serta kebijakan pangan yang berpihak pada rakyat harus berjalan seiring dengan iklim demokrasi yang sehat dan transparan.

Sementara itu, pakar Hukum Tata Negara, Hamrin, mengingatkan bahwa dalam proses mengawal Asta Cita, pemerintah menghadapi potensi ancaman laten, terutama yang bersifat legislasi.

"Dalam negara demokrasi, bahaya laten yang mengancam negeri ini memiliki dimensi legislasi. Oleh karena itu, proses perencanaan dan pembentukan undang-undang harus bersih dari tekanan kepentingan luar," jelas Hamrin.

Melalui Dialog Akhir Tahun ini, Yayasan Jalan Tengah Indonesia berharap terbangun optimisme kolektif dan komitmen bersama untuk terus mengawal demokrasi serta kemandirian pangan, demi terwujudnya Indonesia yang berdaulat, adil, dan sejahtera pada 2045. 

Topik:

Yayasan Jalan Tengah Asta Cita Indonesia Emas 2045 Demokrasi Kemandirian Pangan Ketahanan Nasional Akademisi Aktivis Masyarakat Sipil Kebijakan Publik Pembangunan Nasional Sumariyono Jufrinaldi Dr. Hamrin