Isu Tambang di Gunung Slamet, Gakkum ESDM Ungkap Hasil Penelusuran
Jakarta, MI - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa lereng Barat Daya Gunung Slamet di Kecamatan Cilongok, Banyumas, kini sudah bebas dari aktivitas pertambangan.
Isu pembukaan lahan pertambangan di Gunung Slamet sebelumnya sempat heboh di media sosial. Warga khawatir hal itu bisa memicu longsor dan bencana serupa yang pernah terjadi di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Direktur Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) ESDM, Jeffri Huwae, menjelaskan hasil peninjauan lapangan pada 13 Desember 2025. Dari pemeriksaan tersebut, diketahui bahwa lahan pertambangan sudah tidak aktif dan mulai ditumbuhi rumput serta tanaman lain yang subur.
"Kami juga tidak menemukan tanda-tanda potensi longsor pada bekas bukaan lahan sepanjang 3 km tersebut," ujar Jeffri dikutip dari keterangan tertulis, dikutip Selasa (23/12/2025).
Kondisi terkini menunjukkan bahwa proses pemulihan lingkungan di lereng Gunung Slamet telah berjalan baik. Berdasarkan citra satelit Sentinel-2 tanggal 30 Mei 2025, area yang sebelumnya terbuka kini mulai tertutup vegetasi.
Peninjauan lapangan oleh Ditjen Gakkum ESDM pada 13 Desember 2025 juga menegaskan bahwa lahan tersebut sudah tidak digunakan, dan kini ditumbuhi rumput serta tanaman lain yang tumbuh alami, tanpa ditemukan indikasi potensi longsor.
Bukaan lahan yang sempat mengundang perhatian publik ini ternyata merupakan aktivitas lama yang dilakukan pada periode 2017-2018 oleh PT Sejahtera Alam Energi (PT SAE), saat perusahaan tersebut masih berstatus sebagai pemegang Izin Pengusahaan Panas Bumi di wilayah Baturaden dan sekitarnya.
Temuan awal muncul dari pengamatan citra Google Maps, yang memperlihatkan lahan terbuka sepanjang sekitar tiga kilometer pada ketinggian 1.300–2.000 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat dan spekulasi adanya aktivitas ilegal di kawasan hutan lereng Gunung Slamet.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian ESDM melalui Ditjen Gakkum ESDM menelusuri citra satelit Google Earth berbasis historical imagery, dan mencocokkannya dengan data internal Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE).
"Hasil penelusuran memastikan bahwa pembukaan lahan dilakukan untuk mendukung kegiatan eksplorasi panas bumi, termasuk pembangunan jalan akses rig, kolam penampungan air pemboran, serta tiga sumur eksplorasi," tutur Jeffri.
Pembangunan infrastruktur tersebut dilakukan dengan memperhatikan kaidah teknik, meliputi penataan jalan secara teratur, penerapan sistem terasering, serta penggunaan dinding penahan tanah (retaining wall) guna meminimalkan risiko longsor, dengan lebar jalan sekitar 10 meter.
Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE terus mengawal proses reklamasi dan penutupan sumur eksplorasi yang tidak aktif, memastikan pemulihan lingkungan berjalan sesuai ketentuan.
"Pemantauan dan pengawasan berkelanjutan juga terus dilakukan terhadap aktivitas panas bumi di kawasan tersebut," jata Jeffri.
Masyarakat sekitar Gunung Slamet diimbau tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa, sementara pemerintah menegaskan komitmennya untuk memberikan informasi yang jelas, menjaga keselamatan lingkungan, serta merespons setiap kekhawatiran publik secara cepat dan transparan.
Topik:
esdm gunung-slamet tambang-di-gunung-slametBerita Terkait
Profil PT Tambang Mas Sangihe (TMS) dan Sorotan Publik usai Meninggalnya Wabup Helmud Hontong
18 Desember 2025 12:00 WIB
Korupsi Tambang Zirkon Rp 1,3 T, Kadis ESDM Kalteng dan Direktur PT Investasi Mandiri jadi Tersangka
13 Desember 2025 01:22 WIB
BPK Temukan Kebocoran Subsidi LPG 3 Kg sebesar Rp33,84 T pada Tahun 2024
10 Desember 2025 03:35 WIB