Di balik Bencana Sumatera, Kepala BNPB Pantang Pulang sebelum Beres
Jakarta, MI - Hujan deras yang mengguyur Pulau Sumatera pada akhir November 2025 lalu disertai meluapnya aliran sungai dari Aceh hingga Sumatera Barat menyebabkan banjir dan longsor. Dampaknya, tidak hanya merusak rumah dan infrastruktur, namun mengguncang juga ketahanan sosial masyarakat.
Dalam kurang waktu beberapa hari saja, akumulasi bencana ini telah memakan 969 jiwa hingga Rabu (10/12/2025) pagi. Dalam laporan BNPB terbaru, korban terluka tercatat berjumlah 5.000 orang, dan 262 masyarakat masih dalam pencarian hingga kini.
Bantuan terus berdatangan hingga evakuasi terus dilakukan. Namun dalam hal ini, tak lupa peran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sangat vital.
Bahwa, BNPB dibawah komando Letjen TNI Suharyanto yang belum pulang sejak hari pertama terjadinya bencana tersebut, terus memfokuskan percepatan penanganan darurat bencana di Pulau Sumatra-Aceh itu. "Sejak kejadian hari pertama di Sibolga, beliau langsung ke Medan hingga kini belum pulang ke pusat," kata pejabat BNPB kepada Monitorindonesia.com, Rabu (10/12/2025).
Kini operasi pencarian dan pertolongan (SAR) terus diupayakan selama 24 jam. Sementara BNPB mengoptimalkan dan melakukan percepatan dalam operasi pencarian dan pertolongan. Tak lain adalah agar angka korban bisa diminimalkan sekecil mungkin.
Di lain sisi, pemerintah memastikan masih tersedia anggaran untuk penanganan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Selain itu, pemerintah juga siap untuk menambah alokasi dana bagi BNPB jika diperlukan.
Perkuat upaya tanggap bencana
BNPB kini memperkuat upaya tanggap bencana di Sumatera Utara dengan menggelar operasi udara besar-besaran pada Selasa (9/12/2025).
Operasi ini bertujuan mendistribusikan bantuan darurat ke wilayah yang sulit dijangkau melalui jalur darat, khususnya di Tapanuli Tengah. Total 14 sorti penerbangan dilaksanakan, berhasil mengangkut 7.089 kg logistik untuk masyarakat terdampak.
Armada yang dikerahkan meliputi empat helikopter: PK-RTY (AS365-N2), Bell 412 (HA-5230 & HA-5176), TNI MI-17, dan PK-USO. Helikopter TNI MI-17 menjadi armada utama dengan kapasitas muatan tertinggi, menyalurkan lebih dari 2,2 ton bantuan ke Lapangan Pandan, Sihorbo, dan Huta Ginjang.
Bantuan yang diangkut sangat beragam, mencakup kebutuhan dasar seperti beras, mie instan, makanan siap saji, minyak goreng, gula, obat-obatan, hingga perlengkapan mandi, genset, dan solar.
Untuk mendukung kelancaran distribusi logistik dan memastikan keamanan armada udara, BNPB bekerja sama dengan BMKG dan BPBD Provinsi Sumatera Utara melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) secara simultan.
Tujuan OMC adalah mengurangi risiko cuaca ekstrem, khususnya hujan lebat, di lokasi operasi. OMC dilakukan dengan 6 sorti menggunakan pesawat khusus PK-DPI untuk penyemaian awan.
Bahan Semai: Setiap sorti membawa 800 kg NaCl (garam).
Waktu Operasi: Dimulai sejak dini hari (06:37 WIB) hingga larut malam (22:30 WIB).
Penerbangan pertama berfokus di Pesisir Barat Aceh, sementara sebagian besar sorti selanjutnya berfokus di wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.
Kombinasi antara pengerahan total armada udara dan teknologi OMC ini menunjukkan komitmen BNPB untuk memastikan bantuan darurat berjalan cepat, aman, dan tepat sasaran di tengah tantangan geografis dan cuaca ekstrem. (wan)
Topik:
BNPB Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto Bencana SumateraBerita Sebelumnya
Update Progres Penanganan Bencana Sumatera Utara Capai 78,69 Persen
Berita Selanjutnya
Jejak Korporasi Perusak Hutan, Biang Kerok Bencana Sumatera!
Berita Terkait
Hetifah: Jangan Sampai Anak-anak Sumatera Terdampak Bencana Kehilangan Hak Pendidikan
15 jam yang lalu
Geram dengan Menhut Raja Juli, Susno Duadji: Maling Tak Selalu Pikul Kayu, Bisa Berlindung di Balik Izin Juga!
19 jam yang lalu