Perlu Kerja Keras, PSI Ingatkan Pemerintah Kendalikan Inflasi Demi Kestabilan Ekonomi

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 5 November 2022 20:26 WIB
Jakarta, MI - Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia atau PSI Bidang Ekonomi Andre Vincent Wenas menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dibarengi pada tingkat inflasi yang 5,71 % yoy (year on year). Menurutnya, hal yang mempengaruhinya adalah peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price) seperti bahan bakar minyak (BBM) belum lama ini dan perkara pandemi sebagai shock-factor yang tak terduga sebelumnya. Hal tersebut ditegaskan oleh Andre merespons konferensi pers Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, tentang proyeksti pertumbungan ekonomi kuartal III-2022 yang akan melampaui 5,5% (year on year). Hanya saja, kata dia, pemerintah tetap perlu mewaspadai dampaknya pada daya beli masyarakat yang bisa terus menurun. "Intinya, masih perlu kerja keras dan kerja kompak antar instansi dan pemda!" tegas Andre dalam keterangannya, Sabtu (5/11). Andre mengingatkan, bahwa Indonesia bukannya tidak pernah mengalami pertumbuhan riil positif, justru 10 tahun terakhir ini kita lebih banyak pertumbuhan riil-nya yang positif. Menurutnya, hanya di tahun 2020 dan 2022 jadi minus dan hal ini pun karena pandemi atau shock-factor yang tidak terduga itu. Karenanya PSI tetap mengapresiasi kerja baik pemerintah di sektor moneter maupun fiskal. "Kerja sama yang baik serta kompak antara Bank Indonesia dan pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan tetap mesti kita apresiasi. Di tengah tekanan ekonomi global yang begitu berat, Indonesia bisa survive untuk tidak jadi pasien IMF, seperti 28 negara lain itu,” jelas Andre. Hal positif lain yang juga penting menurut Andra adalah surplus neraca perdagangan. Kata dia, Indonesia terus mencatat surplus sejak Mei 2020. Sampai pada September 2022 lalu yang surplus 4,99 miliar dolar AS. Kinerja positif ini tentu berkorelasi positif terhadap ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. “Kebijakan Presiden Jokowi yang mendorong penggunaan produk dalam negeri patut diacungi jempol. Salah satunya kinerja Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang terus dikawal langsung oleh presiden,” katanya melanjutkan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang akan melampaui 5,5 persen (year on year) itu lebih tinggi dari kinerja ekonomi kuartal I-2022 yang tumbuh 5,01 persen dan kuartal II-2022 tumbuh 5,44 persen. Sebelumnya Badan Pusat Statistik juga merilis laporan inflasi yang mencapai 5,71% pada Oktober 2022 (year on year). Bahwa, pada Oktober 2022 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 5,71 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,75. Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Tanjung Selor sebesar 9,11 persen dengan IHK sebesar 112,73 dan terendah terjadi di Ternate sebesar 3,32 persen dengan IHK sebesar 110,75. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Yaitu, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,76 persen; Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,50 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,30 persen; Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 5,08 persen; Kelompok kesehatan sebesar 2,70 persen; kelompok transportasi sebesar 16,03 persen; Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,85 persen; Kelompok pendidikan sebesar 2,74 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,72 persen dan Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,41 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,42 persen. Tingkat deflasi month to month (m-to-m) Oktober 2022 sebesar 0,11 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Oktober 2022 sebesar 4,73 persen. Tingkat inflasi y-on-y komponen inti Oktober 2022 sebesar 3,31 persen, inflasi m-to-m sebesar 0,16 persen, dan inflasi y-to-d sebesar 2,97 persen. (MI/Aan)

Topik:

PSI Ekonomi inflasi